Tuesday, June 3, 2025

Isi Hati Terdalam Seorang Avoidant

Hai, aku si Avoidant.

Yang sering dianggap dingin.
Yang sulit percaya.
Yang selalu dianggap antagonis dalam hubungan karena sering bikin pasangan tersiksa.

Aku bukan tidak ingin dekat…
Aku cuma takut hancur lagi.
Takut trauma itu datang,
dan merobohkan apa pun yang sedang aku coba bangun.

Aku sering merasa tidak cocok sama siapa pun.

Punya hubungan rasanya bikin sesak.
Aku pikir, sendiri adalah tempat paling aman.
Sampai akhirnya aku benar-benar sendiri,
Dan sadar… ternyata itu juga menyakitkan.

Maaf kalau aku terlihat ramah ke banyak orang,

Padahal sebenarnya… aku cuma sedang mencari rasa aman.
Tapi sampai sekarang aku masih bingung.
Mana yang benar-benar peduli,
Mana yang hanya sebatas penasaran saja.

Jadi aku mencoba dekat ke beberapa orang
meski nggak ada yang bisa memberikan rasa aman.

Aku tahu..
Pasti banyak yang marah denganku.


Banyak yang kecewa karena sikapku yang menjauh,
Yang tiba-tiba hilang tanpa pamit.
Tapi kamu harus tahu…
Bukan karena aku nggak sayang.
Tapi karena aku nggak tahu,
Gimana caranya komitmen tanpa takut disakiti.

Aku terlalu hati-hati,
hingga tak sadar sedang menyakiti.

Dulu, waktu kecil

Aku pernah nangis,
Pernah minta dipeluk saat takut.
Tapi nggak ada yang datang.
Atau kalau pun ada…
Mereka datang sambil marah dan bilang,
“Jangan lebay."
"Jangan manja, nggak ada gunanya nangis.”


Lalu aku tumbuh dewasa

Di situ aku bertemu cinta pertamaku.
Seseorang yang bikin aku merasa aman untuk pertama kalinya.
Aku merasa dilihat, dimengerti.
Aku mulai membuka diri.
Aku ingin hidup bersamanya.

Tapi akhirnya dia pergi.
Dan bahagia bersama orang lain.

Sejak saat itu, aku tahu—
Percaya itu berisiko.
Kalau aku berharap, itu akan sakit.
Mencintai terlalu dalam bisa bikin aku hilang arah.

Sejak itu, aku jaga jarak.
Aku belajar untuk diam.
Untuk kuat sendirian.

"Aku nggak butuh siapa-siapa."

Bukan karena nggak peduli,
Tapi karena aku terlalu peduli.
Karena kalau aku terlalu jatuh,
lalu ditinggal,
Aku takut nggak bisa bangun lagi.

Makanya aku menjauh duluan.
Pura-pura cuek.
Pura-pura nggak peduli.

Padahal dalam hati aku panik,
Takut dia lihat sisi lemahku,
dan menjadi ilfeel.

Kadang aku iri.

Sama orang-orang yang bisa cerita apa aja.
Yang bisa bilang, “aku butuh kamu.”
Yang bisa nangis tanpa rasa malu.
Yang nggak dianggap nyusahin.
Yang bisa merasa aman dalam pelukan seseorang.

Aku nggak pernah diajari cara mencintai dengan tenang dan aman.

Yang aku tahu cuma;
Jangan terlalu dekat.
Jangan terlalu butuh.
Jangan terlalu berharap.

Tapi diam-diam…
Aku selalu berharap ada yang bilang:
“Kamu sekarang aman.”
“Kamu nggak harus kuat sendirian terus.”
“Kamu pantas dicintai, meski belum tahu caranya mencintai dengan benar, tanpa takut ditinggal.”

Dan ya, hidup terus berjalan.

Untuk kamu,
Yang pernah mencoba bertahan bersamaku—
Maaf..
Untuk semua perhatian yang tak kubalas.
Untuk semua usahamu yang kubiarkan sendiri.

Sekarang aku sadar,

Kamu nggak tergantikan.
Tapi mungkin…
Aku juga bukan lagi orang yang kamu inginkan.

No comments:

Post a Comment

kadang obrolan selesai cuma dengan; “hmm, ya baiklah...” atau “oh gitu…” padahal udah siap banget nih mau cerita saya nggak minta solusi, ng...