Surat untuk kekasih,
Ketika aku menahan diri untuk memulai, ku rasa kau pun tak peduli
Egomu begitu besar, sementara ketakutan ku pun terlalu banyak
Seperti aku takut kalau-kalau kamu tidak takut kehilanganku
terlihat dari sikapmu
Aku tahu kamu terlalu lelah dengan keraguanku
Dan aku pun terengah-engah menjaga keyakinanku
Kalau kau mencari yang sempurna menurut versimu,
Maaf saja mengecewakan karena kau tidak melihatku begitu
Entahlah
Aku ingin kita yang seperti biasa
Namun bila kau sudah jerah, kau tau nomer telponku.
Kau tahu harus bagaimana
Monday, April 21, 2014
Ocehan kala hujan
Tanya saya tentang kesepian? Tentu saya bukan ahlinya. Karena masih banyak yang lebih tau seperti apa kesepian. Orang tua yang mulai kehilangan kebersamaan dengan anaknya, karena sang anak terus menerus tumbuh menjadi dewasa.
Kembali ke sepi.
Tentu saja airmata saya mengalir karena mendramatisir. Saya ahli dalam hal itu. Sialan.
Saya mulai berpikir kalau dianya saya mulai merasa jenuh dengan hubungan ldr ini. Hampir genap satu tahun, saya rasa bukan waktu yang lama namun bukan waktu yang sebentar pula untuk tidak yakin.
Istri atau suami yang saling kehilangan karena salah satu dari mereka tlah terpanggil sang illahi. Atau seorang anak yang merasa kesepian hidup sebatang kara karena kehilangan sebuah keidentitasannya dan terperangkap pedihnya kehidupan jalanan.
Tidak seberapa rasa yang saya rasakan dibanding mereka. Setelah melihat dan menulis beberapa hal di atas, rasanya memikirkan hal sebelumnya saya rasa seperti seorang pecundang. Hanya karena perasaan yang tidak nyaman, tidak ada teman yang bisa dihubungi bukannya tidak punya, saya hanya merasa janggal.
Saya tidak tahu apa yang baik untuk saya perbincangkan. Saya juga tidak tahu bagaimana cara menyapa. Saya tidak yakin mereka senang menerima pesan dari saya. Akhir-akhir ini tersadar, saya bukan orang yang baik. Saya malu mempunyai perasaan seperti ini membuat saya ingin pergi dari sini dan memulai semuanya dari awal.
Saya punya teman baik, teman dari SMA. Mereka sudah pergi. Saya tidak mau minta maaf, karena memang bukan salah saya. Ini memang sudah masanya. Tapi,, sebenarnya hal ini bisa saja dicegah apabila saya tidak gengsi untuk menyapa duluan. Cih, makan tuh gengsi!
Saya punya teman-teman baik dikampus, tapi saya kemarin sibuk sendiri dan akhirnya menghilang dari kampus. Sampai sekarang rasanya tidak enak sendiri menghubungi mereka, saya terlalu takut dengan "kalau ada perlunya..."
Kembali ke sepi.
Tentu saja airmata saya mengalir karena mendramatisir. Saya ahli dalam hal itu. Sialan.
Saya mulai berpikir kalau dianya saya mulai merasa jenuh dengan hubungan ldr ini. Hampir genap satu tahun, saya rasa bukan waktu yang lama namun bukan waktu yang sebentar pula untuk tidak yakin.
Tidak tahu bagaimana mengakhiri atau membentuk kembali.
Saya bukan orang yang baik. Saya malu.
Saya meracau.
Atau saya kesepian?
Saya ingin teman.
Saya bukan orang yang baik. Saya malu.
Saya meracau.
Atau saya kesepian?
Saya ingin teman.
Subscribe to:
Posts (Atom)
kadang obrolan selesai cuma dengan; “hmm, ya baiklah...” atau “oh gitu…” padahal udah siap banget nih mau cerita saya nggak minta solusi, ng...
-
Hai, aku si Avoidant. Yang sering dianggap dingin. Yang sulit percaya. Yang selalu dianggap antagonis dalam hubungan karena sering bikin p...
-
Ada satu buku yang lagi saya baca. Menariknya, baru baca 8 halaman sudah bisa bikin saya menangis. Kira-kira begini rangkumannya: "Sela...