Wednesday, October 30, 2013

Another Euphoria

Hari ini aku mulai meneruskan bacaanku. Buku yang tertunda dan telah lama aku tinggalkan, kurang lebih sudah sekitar dua bulan. Saat ini aku mulai kembali mempelajari pengetahuan sosial, politik bahkan sejarah bangsaku sendiri.

Sejarah. Sejarah yang mungkin sudah dilupakan oleh kawan-kawanku. Sejarah yang mungkin saat ini hanya terdengar seperti dongeng belaka. Dongeng negriku sendiri. Melalui buku ini, aku banyak mengerti tentang kondisi bangsaku saat itu. Mengerti juga harus memahami. Berikut beberapa point yang membuat ku banyak belajar, salah satunya:

1."Kau seorang terpelajar! seorang terpelajar harus adil. adil sudah sejak dalam pikiran."
kata-kata ini menjadi cerminan bagiku, betapa penulis ingin memperingatkan kepada kita, bahwa kita sebagai seorang terpelajar, sebagai orang yang beruntung karena mampu merasakan bangku pendidikkan harus bisa bersikap adil sejak dalam pemikiran. Maksudnya kita tidak boleh menghakimi orang karena melihat keburukkannya dari luar saja tanpa tahu alasan yang sebenarnya. Atau bahkan kita menjudge oranglain yang sebelumnya tidak pernah kita kenal. Sekalipun itu baru ada di pikiran kita sendiri.

2. Pepatah Belanda mengatakan : "pohon tinggi selalu dapat banyak angin. kalau tuan segan menerima banyak angin, jangan jadi pohon tinggi."
Pada bab ini, aku mengambil kesimpulan bayangkan jika pohon tinggi itu adalah kesuksesan, dan banyak angin itu dapat diartikan dengan banyaknya tuntutan. Di bab ini ada seorang tokoh yang bernama minke. Dia pemuda pribumi yang mendapat kesempatan untuk sekolah dengan orang-orang peranakan (pribumi dan kolonial). Minke yang dihormati oleh orang-orang bangsa kolonial karena kecerdasannya dalam penulisan dan juga berbahasa, mendapat banyak tuntutan dari orang-orang pribumi. Orang-orang pribumi yang menaruh banyak harapan dari seorang minke yang kelak akan mengubah nasib bangsa ini.

3. "Menulislah dengan bahasa negeri dan bangsamu, bukan pada negeri dan bangsa oranglain (eropa). Hidup pribumi sangat sunyi (tidak pernah bicara dengan manusia dan dunia diluar dirinya) hidupnya berputar siang-malam pada satu sumbu, dalam ruang dan lingkaran yang sama.

Hidup yang tak tertahankan. Siapapun yang menyadari ini patut mengajaknya bicara, maka menulislah aku, seorang yang bicara pada banyak orang melalui bahasa negerimu sendiri tentunya.
Ini merupakan lanjutan dari bagian nomer dua tadi. Seperti yang aku bilang sebelumnya minke sangat mahir menulis, namun ia menulis dengan bahasa Belanda yang tentunya hanya dibaca oleh orang-orang kolonial. Sedangkan bangsanya sendiri? Mana mungkin mereka tahu bahasa belanda, bersekolah saja mereka tidak.

Melalui temannya yang bernama kommer, ia menjelaskan bahkan menuntut minke untuk menulis dengan bahasa melayu, bahasa negerinya sendiri. Biar rakyat Indonesia mengerti akan dunia dan mampu bangkit dari penjajahan kolonial.

4. "Dengan menulis, suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari." Kata-kata ini semakin membuatku bereuphoria sendiri, karena mengingatkanku akan cita-cita yang takut aku capai. Yaa menulis. Aku ingin sekali menjadi seorang penulis. Dengan menulis kita mampu berbicara pada orang banyak.

Aku berharap kawan-kawan juga mulai menulis. Menuliskan sejarahnya sendiri yang kelak akan abadi dikemudian hari. Jangan lupakan juga menulis tentang bangsa kita saat ini, yang mungkin akan berpengaruh besar dikemudian hari. Menjadi sejarah baru untuk bangsa Indonesia. 

"Hanya bangsa jajahan sendiri yang tahu kebutuhan negeri dan bangsanya sendiri."
Anak Semua Bangsa - Pramoedya Ananta.


Monday, October 28, 2013

Patah hati itu... SEDERHANA

Pernah nggak, saat kamu lagi bareng teman kamu berduaan, tiba-tiba teman kamu nunduk membuka bb atau hape kemudian tersenyum, memperlihatkan ke kamu sebentar, lalu kembali tertunduk. Pernah?

Pernah saat kamu bareng teman-teman lagi asik mengobrol, kemudian mereka mulai sibuk sms-an atau asik membuka chat bbm-nya, kemudian kamu hanya asyik menonton mereka yang sedang sibuk dengan gadgetnya. Pernah?

Pernah nggak lagi ngumpul rame-rame, semua teman-teman kamu lagi diam tertunduk mantengin timeline atau facebook, dan kamu hanya menontonnya. Pernah?

Pernah nggak, ditinggal temen bbm atau sms-an karena doi sedang jatuh cinta. Pernah?
Pernah saat kamu lagi berduaan sama teman kamu, tiba-tiba teman kamu menanyakan sesuatu dan kamu menjawabnya dengan antusias, tetapi ia malah membuka bb atau hapenya untuk fokus smsn atau telpon dengan pacarnya. Pernah?

Pernah nggak lihat teman kamu yang resah meminjam charger bb, karena doi lupa bawa chargeran hapenya. Pernah?

Atau..pernah nggak kamu melihat mereka bete karena bbm nya pending, atau smsnya tidak dibales oleh pacarnya. Pernah?
Lucu ya mereka :D


Friday, October 11, 2013

Satu Catatan tentang Patah Hati

Cita-cita yang akan aku pertahankan.
Jika kelak aku mati,  dan diizinkan untuk hidup kembali,  salah satunya aku ingin menjadi kebiasaan buruk yang mungkin akan sulit kau singkirkan.

Jika kelak aku mati,  aku tahu akan ada orang yang menghadiri ke pemakaman terakhirku.  Salah satunya mungkin kau. Walau hanya sekadar memastikan bahwa aku benar-benar telah tiada di bumi ini.

Jika kelak aku mati,  aku ingin bisa terus menulis puisi untukmu walau mungkin tak akan pernah bisa kau baca.  Aku ingin mengingatmu sebagai hal-hal yang sederhana memasukanmu ke dalam kategori yang tidak rumit.

Jika kelak aku mati,  aku akan mendekat ke bulan.  Menemaninya, hingga kami bisa menikmati sepi bersama.  Dan mungkin kamu akan tersenyum melihat kesendirianku.

Saturday, October 5, 2013

Dan Hujan pun Memanfaatkan Kami

Sore ini Senja tak kunjung datang. Semesta mengubah langit yang cerah menjadi kelam. Rintik hujan tak bisa tertahan. Harum tanah segera terungkap. Mengingatkanku kepada lelaki yang selalu memancing ceritaku dikala hujan. Dan.. aku rasa hujan pun memanfaatkan keadaan kami.

"Selamat datang hujan, aku siap menjamu datangmu"
"Selamat pergi kegundahan Selamat datang keceriaan"
"Yaa, Selamat datang hujan yang juga mendatangkan keceriaan"
"Cepatlah berlalu,  agar pelangi tiba berikan 7 warna ajaibnya"
"Pelangi? Kamu telah mencuri pelangiku, dan kamu sembunyikan tepat di kedua mata kamu"
"Jadi sebab itu akhir-akhir ini kamu selalu melihat mataku? Berharap benar-benar menemukan bahwa aku sang pencuri sejati?"
"Ya, Karena aku melihat warna pelangi itu dimatamu. Dan itu membuat hatiku tidak berwarna seindah pelangi lagi... Tolong kembalikan segera!"
"Ok, warna apa saja yang telah hilang darimu? Biar aku kembalikan. Aku tidak ingin menjadi penghalang hatimu."
"Warna pelangi, tentu kamu tahu apa saja warna itu. 7 warna yang ajaib. Kembalikan warna itu atau kamu warnai aku."
"Tapi bagaimana aku mengembalikannya? Aku saja tidak sadar telah mengambil pelangimu. Mewarnaimu? Berpikir pernah, tapi ku rasa aku tidak layak."
"Jika tidak tahu cara mengembalikannya, tentu kamu harus tahu bagaimana cara mewarnaiku. Tidak layak? Lantas siapa yang menurutmu layak?"
"Cara mewarnai hari-harimu? Bukankah hujan sudah seringkali menghampirimu? Tidak cukupkah kehadiran pelangi-pelangi lain? Mengapa aku harus mengembalikan, jika sudah banyak pelangi lain yang mendekati?"
"Satu jawabku dari semua tanyamu hanya pelangi yang kamu curi yang paling aku sukai."
"Aku tidak habis pikir. Kenapa kamu terus menggodaku? Baiklah,  aku kembalikan pelangimu dan kamu kembalikan hatiku!"

Seketika obrolan kami pun berhenti. Begitu juga hujan yang telah mereda. Sang waktu pun telah berlalu. Semesta sedang mempermainkan kita. Melalui dinginnya ia menghangatkan kami.,begitu hangatnya ia kembali memasukan jelaga tanda tanya kedalam otakku. Tapi terimakasih hujan. Karena   Permainanmu aku dan dia menjadi tanda tanya besar saat ini.
  
repost : 21 desember 2012

kadang obrolan selesai cuma dengan; “hmm, ya baiklah...” atau “oh gitu…” padahal udah siap banget nih mau cerita saya nggak minta solusi, ng...