Hai! Aku tau kamu sibuk dengan tugasmu di seberang kota sana. Aku tak mempermasalahkan jika andai saja kamu memberi ku pengertian sehingga tak muncul rasa kecurigaan ataupun keresahan di dalam batinku. Sebab hidupmu tak harus melulu tentang aku kan?
Aku juga tak ingin mengganggu aktivitas apapun yang kau sukai. Kita hidup hanya sekali, maka takkan ada kesempatan kedua, ketiga, dan seterusnya untuk kamu atau aku membuang-buang waktu kita yang berharga ini.
Namun aku harap sesibuk-sibuknya kamu, bila ada waktu luang sempatkanlah memberiku komunikasi walau hanya sekali dan tak selalu setiap hari. Sebab bagaimanapun aku butuh kabar untuk mematahkan semua ke luarbiasaanku dalam berpikir yang tanpa batas.
Jangan kau pikir karena kita pernah berhasil menghilang selama satu bulan lamanya tanpa komunikasi, lantas dengan ini kau tak memberiku kabar satu minggu lamanya dengan harap semua akan baik-baik saja. Aku berharap diriku ini sangat kuat, namun kenyataan berkata lain. Pikiranku masih saja tertuju padamu.
Aku harap kamu selalu ingat jalan pulangmu. Di saat kamu sudah lelah beraktivitas, di saat kamu sudah bosan dengan rutinitas yang ada, aku ingin kamu selalu ingat kepadaku.
Melepaskan semua beban dalam pikiranmu dan berbagi seutuhnya penderitaanmu kepadaku. Iya. Aku hanya tetap berharap kamu selalu ingat jalan pulangmu, Mas. Sebab pada akhirnya aku ingin kemanapun kamu berkelana hanya aku yang kau butuhkan.